Friday 11 June 2010

SESUDAH TENGAH MALAM


Malam sudah kuyup gelap,
tatkala mimpi meredakan dengkur,
tatakala dia akan bangun,
senyap-senyap membersihkan diri,
seperti pada malam-malam lain,
berdiri menyatu,
seperti air tenang .
Sepi.

Dia keseorangan di situ,
seperti kelasi keseorangan di tengah segara.
tiada apa-apa lagi,
kecuali kata-kata yang mati,
berkubur dalam hati,
menjadi doa terakhir,
penghabisan kali.

"Bayangkan seorang demagog rukuk di kamar dengan pintu tertutup sedang
pistolnya terletak rapi di sisi".

Dia hanya memiliki kesetiaan malam,
malam yang setiap malam mendakapnya,
mendengar segala pengaduan dengan tekun,
tanpa berkata apa-apa kepadanya,
tetapi dia masih percaya,
ini waktu yang tak berbohong dengan segala jenis manusia,
tidak seperti siang yang kemilau,
tatkala keindahan dan kata-kata menjadi raja.

"Bayangkan seseorang yang berdiri di kiri kanan dengan tersenyum sedang belati terselit di belakang"

Tidak semua dapat dibayangkan,
Seperti Tun Teja tidak menyangka,
Rindunya kepada Tuah bertukar bisa,
Menista cintanya di kaki Raja.

Ah! Bagaimana seorang pahlawan,
yang bersumpah melindungi kerajaan,
membunuh seorang perempuan,
yang tak berdosa; yang selalu mendoakannya.

Baha Zain